Sukabumi Mubarokah adalah cita bersama: masyarakat yang menjunjung keberkahan, kemuliaan, dan keadilan. Namun dalam perjalanan menuju masyarakat yang repeh rapih, kadang muncul ujian yang mengguncang nurani. Ketika sosok yang seharusnya menjadi panutan justru terseret dalam tindakan yang mencederai nilai kemanusiaan, maka suara kebenaran harus tetap lantang. Karena Sukabumi Mubarokah bukan hanya tentang doa di mimbar, tapi juga tentang keadilan di jalanan.
Pengajian di Mimbar, Pukulan di Jalan: Oknum Ustadz Terseret Kasus Penganiayaan
Pagi buta yang seharusnya biasa saja berubah menjadi mimpi buruk bagi M. Geri Selamat (16), siswa kelas XI SMA di Cikidang, Sukabumi. Ia babak belur, diikat, bahkan disiram air slokan oleh massa yang menuduhnya sebagai pencuri motor. Ironisnya, di antara orang yang menganiaya, ada sosok yang selama ini dikenal warga sebagai ustadz dan tokoh agama setempat.
Kepada wartawan, Geri menceritakan awal mula kejadian itu:
“Ayah tiba-tiba ingat dompetnya ketinggalan. Saya diminta balik ambil. Enggak ada firasat apa-apa, saya langsung pulang,” ujarnya.
Di perjalanan, sebuah mobil nyaris menyerempetnya. Seorang pria berteriak “tewak!” ke arahnya. Dua orang menghadang, satu tangan kosong, satu lagi menggenggam bambu.
“Saya sempat berhenti dan jelasin kalau saya cuma mau nganter dompet sama KTP ayah. Tapi enggak didengar. Motor saya diseret, saya langsung jatuh dan dipukul. Mereka nanya, ‘kamu temannya yang nyolong?’ Saya bilang enggak kenal. Jawaban saya dibalas pukulan lagi, berkali-kali,” kata Geri.
Massa semakin beringas. Seseorang bahkan mengancam akan membunuhnya di hadapan ayahnya.
“Saya takut, saya diikat, diseret, lalu disiram air got. Luka saya langsung perih,” ujarnya.
Di tengah amukan itu, Geri melihat wajah yang tak asing — seorang ustadz yang kerap mengisi pengajian di masjid kampungnya.
“Saya enggak nyangka. Dia yang biasanya ngasih nasihat di mimbar, malah ikut mukul saya. Waktu itu saya cuma bisa mikir, kenapa?” tutur Geri.
Aksi brutal baru berhenti ketika seorang kerabatnya melintas dan memastikan bahwa Geri adalah warga setempat. Kehadiran nenek dan keluarga lain menghentikan amukan. Orang yang kehilangan motor pun akhirnya membawa Geri ke klinik.
Suara Keadilan dari Kepala Dusun
Kepala Dusun Ujang Muhammad Irpanudin menyampaikan keprihatinan mendalam:
“Keluarga korban minta pelaku, siapa pun dia, diproses hukum. Tidak boleh ada perlakuan istimewa meski dia tokoh agama,” tegasnya.
NA