SUKABUMI — Di antara deretan rumah-rumah sederhana yang memeluk lereng Kampung Nangela, sebuah video berdurasi tiga menit mengalir deras di perpesanan media sosial, membawa serta keprihatinan dan pertanyaan yang menggantung di benak publik. Hari itu, Senin (8/9/2025), dunia maya menyaksikan potret getir kehidupan seorang janda lanjut usia bernama Ningsih, yang tinggal di Desa Bencoy, Kecamatan Cirenghas, Kabupaten Sukabumi.
Dalam rekaman itu, suara perekam menggema lirih namun tajam, menyapu pandangan ke arah bangunan reyot yang nyaris ambruk. Tak ada atap, hanya sisa-sisa kayu lapuk yang berdiri rapuh menantang hujan dan angin. “Astagfirullahaladzim… Ya Allah, kondisi rumah ini sudah tidak bisa dipakai berteduh. Lokasinya di Kampung Nangela, Desa Bencoy, Kecamatan Cirenghas, Sukabumi,” ucapnya, seolah menyampaikan doa yang tertahan di dada.
Ia melangkah masuk, memperlihatkan bagian dalam rumah yang tak lagi mampu melindungi. “Ini di dalamnya sudah tidak ada atap, tidak layak dihuni. Kalau dipakai berteduh, bahaya. Bisa ambruk kalau kena hujan atau angin kencang,” tambahnya. Di pelataran rumah, tempat yang seharusnya menjadi halaman, Ningsih kerap melaksanakan salat. “Kalau sembahyang katanya suka di luar sini,” ujar perekam, menambahkan satu potret spiritual yang tak kalah menyayat.
Menanggapi gelombang simpati dan sorotan publik, Matasosial menghubungi Kepala Desa Bencoy, Hasanudin, melalui WhatsApp pribadinya. Senin sore itu, Hasanudin menjawab dengan nada tenang, namun tak menyembunyikan keprihatinan yang mengendap.
“Benar, rumah itu berada di wilayah kami dan kondisinya memang seperti yang ada di video,” ujarnya.
Hasanudin kemudian membuka lembaran cerita yang tak banyak diketahui publik. Sejak tahun 2022, pihak desa telah melakukan berbagai upaya untuk membantu Ningsih. Ia menyebut pengajuan program bantuan pemerintah, tawaran rumah sewa, bahkan ajakan dari keluarga dan tetangga untuk pindah sementara. Namun, semua itu sempat ditolak oleh Ningsih. Ia ingin rumahnya dibangun dengan ukuran seperti semula—sebuah keinginan yang sederhana namun sarat makna.
“Ketua RT terus berkomunikasi dengan beliau, juga dengan saudara dan anak-anaknya. Akhirnya beliau bersedia dibantu dan siap menerima program,” jelas Hasanudin.
Tak hanya itu, warga dan perangkat desa telah berembuk. Mereka sepakat membangun rumah baru di lahan sebelah rumah lama. Pembangunan direncanakan dimulai sejak 29 Agustus 2025. Ningsih telah menyetujui lokasi tersebut, dan lahan pun telah disiapkan.
Terkait program Rutilahu dari Dinas Perkim, Hasanudin menyebut bahwa rumah Ningsih sudah masuk dalam daftar penerima bantuan tahun 2025. Namun, penyedia barang belum bisa memasok material sebelum Surat Keputusan (SK) resmi diterbitkan. “Kami sudah komunikasikan dengan semua pihak, penyedia barang bersedia memasok setelah SK keluar,” ujarnya.
Hasanudin juga menyampaikan bahwa Ningsih telah menerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) pada tahun 2024. Untuk tahun 2025, bantuan lainnya masih dalam proses konfirmasi.
Di penghujung percakapan, Hasanudin menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat yang merasa terganggu oleh video dan pemberitaan yang beredar. “Semoga kami bisa mengambil hikmah dari semua ini. Aamiin,” tutupnya, seolah mengajak semua pihak untuk merenung bersama: bahwa di balik rumah yang nyaris roboh, ada harapan yang sedang dibangun perlahan.