Sukabumimubarokah, – Sukabumi, – Dipadatnya aktivas keseharian, Jaro Midun melangkah masuk ke RSUD Palabuhanratu. Udara rumah sakit yang dingin dan sunyi seolah menyambutnya dengan bisikan luka yang belum sembuh. Ia datang bukan membawa janji, bukan pula membawa sorotan. Ia datang membawa kehadiran, Sabtu 26/10/2025.
Langkahnya pelan, namun pasti. Menyusuri lorong-lorong yang dipenuhi aroma obat dan harapan yang menggantung di udara. Di setiap pintu yang terbuka, ia berhenti. Di setiap ranjang yang terbaring, ia menyapa.
Tak ada kata-kata besar. Hanya kalimat sederhana yang menghangatkan dada: “Tenanglah. Cikahuripan bersamamu. Kita menunggu senyummu kembali.”
Ia duduk di sisi pasien yang terbaring lemah, menggenggam tangan yang dingin, menatap mata yang menyimpan rasa sakit. Ia tak bertanya banyak. Ia hanya hadir. Dan dalam kehadiran itu, ada kekuatan yang tak bisa dijelaskan oleh ilmu medis.
Di kamar lain, ia berdiri lama, memandang tubuh yang diam namun masih berjuang. Ia tak masuk, hanya menunduk dan berdoa. “Semoga Tuhan memelukmu lebih erat dari rasa sakit yang kau tanggung.”
Para perawat yang melihatnya tak berkata-kata. Mereka tahu, ini bukan kunjungan biasa. Ini adalah ziarah kasih seorang pemimpin kepada warganya. Kepada jiwa-jiwa yang sedang diuji.
“Saya tak bisa menyembuhkan, tapi saya bisa menemani,” ucapnya lirih kepada seorang keluarga pasien yang menangis pelan.
Ia tak membawa apa-apa, tapi ia meninggalkan banyak. Di setiap ruang yang ia datangi, ada udara yang berubah. Ada harapan yang tumbuh. Ada luka yang tak lagi merasa sendiri.
Jaro Midun bukan hanya Kepala Desa Cikahuripan. Ia adalah penjaga semangat Mubarokah. Ia adalah saksi bahwa Sukabumi Mubarokah persaudaraan yang dibalut kebersamaan dalam suka dan duka, Mubarokah bagi Jaro Miduna adalah napas yang hidup dalam empati dan kesetiaan.
Dan ketika ia melangkah keluar dari rumah sakit, ia menatap langit dan berbisik, “Satu sembuh, satu harapan tumbuh. Cikahuripan harus terus menyala. Kita jaga bersama, dalam doa dan langkah nyata.”
