Langkah di Lereng, Nyawa di Ranting: Jaro Midun dan Doa Hutan Cikahuripan

Sukabumimubarokah

banner 468x60

Cikahuripan, Sukabumi — Rabu, 10 September 2025 Menjaga Sukabumi Mubarokah, Meneguhkan Jabar Istimewa, Mewujudkan Desa Bermartabat. Pagi belum sepenuhnya bangkit, tapi kaki-kaki sudah bergerak. Di bawah langit Cikahuripan yang masih menggigil embun, Jaro Midun—nama asli Heri Suryana—melangkah dengan dada terbuka dan tekad yang tak bisa dibendung.

Ia bukan sekadar Kepala Desa. Ia adalah suara yang menolak sunyi ketika hutan mulai menangis. Bersama staf desa, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas, ia mendaki gunung bukan untuk menaklukkan alam, tapi untuk mendengarkan jeritnya.

banner 336x280

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi ya,” sapa Jaro Midun, lantang tapi hangat.

“Hari ini kami berangkat ke gunung, melihat langsung hutan lindung yang kabarnya mulai dihuni oleh oknum-oknum penebang.” terangnya.

Hutan Tak Butuh Pidato, Ia Butuh Pelukan

Di lereng Cikahuripan, pohon-pohon tak lagi berdiri dengan tenang. Beberapa sudah rebah, sebagian tinggal bayang. Penebangan liar bukan hanya soal kayu yang hilang, tapi tentang nyawa yang perlahan dicabut dari akar kehidupan.

Tanpa hutan, desa kehilangan tameng. Tanpa pohon, air kehilangan penyangga. Tanpa akar, tanah kehilangan genggaman. Tanpa suara, alam kehilangan pembela.

Jika Hutan Gundul, Maka Desa Terluka

Jaro Midun tak bicara dengan angka. Ia bicara dengan rasa. Ia tahu, jika hutan gundul, maka:

  • Banjir datang tanpa permisi.
  • Longsor menghapus jalan kenangan.
  • Satwa kehilangan rumah, manusia kehilangan arah.
  • Udara menjadi sesak, air menjadi langka.
  • Dan ekonomi desa? Terkikis pelan-pelan.

Desa Bermartabat: Bukan Sekadar Nama, Tapi Sikap

Langkah Jaro Midun adalah tafsir dari Sukabumi Mubarokah. Ia menolak diam, menolak lupa, menolak tunduk. Ia meneguhkan bahwa Jabar Istimewa bukan hanya slogan, tapi gerakan. Dan Desa Bermartabat bukan hanya label, tapi laku dan Sukabumi Mubarokah mudah-mudahan adalah Mardotillah,

“Kalau kita biarkan hutan ini rusak, kita ikut bersalah. Mari jaga bersama. Ini bukan hanya soal pohon, ini soal martabat,” pungkasnya.

Seruan dari Lereng: Mari Jadi Penjaga, Bukan Penonton

Dari Cikahuripan, suara alam memanggil. Dari langkah Jaro Midun, semangat menyala. Ini bukan berita biasa. Ini adalah puisi tentang keberanian, tentang desa yang memilih menjaga daripada mengeluh.

Mari kita jaga hutan seperti kita menjaga ibu. Mari kita rawat desa seperti kita merawat anak. Karena ketika pohon terakhir tumbang, kita tak hanya kehilangan kayu. Kita kehilangan cerita dan segalanya.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed