Sukabumi,- Di antara rimbunnya hutan Gunung Tangkil, berdiri sebuah gubuk reyot berukuran dua kali tiga meter. Di sanalah Iis (43), seorang ibu yang telah lama menyandang status janda, membesarkan dua anaknya dalam pelukan alam dan keterbatasan. Tak ada tembok kokoh, tak ada lantai yang layak diinjak—hanya semangat hidup yang tak pernah padam. Namun pagi itu, Sukabumi yang maju, unggul, berbudaya dan berkah mulai menolehkan wajahnya ke arah yang sunyi.
Junajah Jajah Nurdiansyah, anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari Komisi III Fraksi PDI Perjuangan, melangkah menyusuri jalan tanah bersama kepala desa dan camat.
“Hari ini saya datang bersama Pak Kades dan Pak Camat. Kami ditugaskan langsung oleh Pak Bupati untuk turun ke lapangan melihat kondisi ibu Iis. Ini bentuk visi misi pemerintah dan DPRD untuk hadir membantu masyarakat yang kesulitan, terutama yang tidak punya rumah,” ucapnya, Sabtu (30/8/2025), di hadapan gubuk yang nyaris menyatu dengan semak.
Meski secara administratif tanah tempat Iis berteduh masih tercatat di Kecamatan Cikakak, jarak dan logika sosial berkata lain. Lokasinya lebih dekat ke Palabuhanratu, dan di sanalah harapan baru mulai dirajut.
“Kita sudah sepakat dengan Pak Kades dan Pak Camat, domisili ibu Iis dialihkan ke Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu. Jadi nanti bantuan bisa lebih cepat tersalurkan. Saat ini, untuk sementara ibu Iis kita ungsikan dulu di rumah saya pribadi,” tegas Junajah, dengan nada yang tak hanya formal, tapi juga penuh empati.
Langkah itu tak berdiri sendiri. Camat Palabuhanratu, Deni Yudono, turut mengamini keputusan tersebut.
“Ibu Iis tinggal di hutan Gunung Tangkil yang masuk wilayah Kecamatan Cikakak. Namun karena secara akses lebih dekat ke Palabuhanratu, maka kependudukannya akan dipindahkan ke Desa Citepus. Dengan begitu, penanganannya bisa lebih cepat,” ungkapnya, seolah menegaskan bahwa geografi bukan sekadar peta, tapi juga soal keadilan akses.
Di balik layar, roda gotong royong telah berputar. DPRD, pemerintah kecamatan, desa, dan karang taruna telah duduk bersama, menghitung dan merancang rumah yang layak untuk Iis dan anak-anaknya. Tak hanya itu, suara tegas dari pucuk pimpinan daerah pun menggema.
“Pak Bupati Sukabumi Asep Japar sudah menegaskan ini sifatnya urgent. Harga mati, ibu Iis harus segera punya rumah yang layak. Kami berkomitmen gotong royong bersama pemerintah desa, camat, dan karang taruna agar ini benar-benar terealisasi,” ujar Junajah, membawa pesan yang tak sekadar administratif, tapi juga spirit Mubarokah.
Di tengah rerimbunan Gunung Tangkil, sebuah janji telah ditanam. Bukan janji kosong, melainkan janji yang dibasahi peluh dan niat baik. Dan di antara daun-daun yang bergoyang, mungkin Iis mulai percaya: bahwa Sukabumi Mubarokah bukan hanya slogan, melainkan ruh yang hidup dalam tindakan nyata—maju dalam kebijakan, unggul dalam kepedulian, berbudaya dalam gotong royong, dan berkah bagi mereka yang paling membutuhkan.