Iman Adinugraha: Menyapa Konstituen Lewat Langkah, Silaturahmi, dan Neuroempati

Sukabumimubarokah

News, Politik24 Views
banner 468x60

PALABUHANRATU, Sukabumi — Di tengah ritme politik yang sering bersifat top-down dan birokratis, Iman Adinugraha menghadirkan pendekatan yang lebih holistik: menyentuh konstituen bukan hanya lewat kebijakan, tetapi lewat kehadiran fisik dan emosional yang konsisten. Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu pagi, pukul 06.00–07.00 WIB, ia rutin berjalan kaki di Alun-Alun Palabuhanratu, menyapa warga, mendengar aspirasi, dan membangun silaturahmi sambil menikmati nasi uduk hangat di seputaran lapangan.

Iman Adinugraha sebagai Anggota DPR RI Fraksi Demokrat Komisi VII dan juga sebaga Badan Anggota Sosialisasi MPR RI, serta Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Sukabumi terus bergerak untuk Sukabumi dan Indonesia mencapai cita-cita Nasional Indonesia Emas yang berkah Mubarokah.

banner 336x280

“Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,” ucapnya, mengutip adagium klasik yang kini ia praktikkan sebagai bentuk neuroleadership—kepemimpinan yang memahami bahwa koneksi sosial dan aktivitas fisik mampu mengaktifkan sistem limbik, memperkuat empati, dan menurunkan resistensi psikologis antara pemimpin dan rakyat.

Dalam konteks neurologi, aktivitas jalan pagi bersama warga bukan sekadar olahraga, tetapi stimulasi korteks prefrontal—bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan, regulasi emosi, dan pemrosesan sosial. Iman memahami bahwa kepercayaan publik tidak dibangun lewat retorika, tetapi lewat mirror neuron yang aktif saat warga melihat pemimpinnya hadir, mendengar, dan berjalan bersama.

Secara politik, pendekatan ini adalah bentuk bottom-up engagement yang langka: bukan sekadar turun ke dapil, tetapi pulang ke denyut kehidupan masyarakat. Ia tidak hadir sebagai figur dominan, tetapi sebagai fasilitator neurokultural—menghubungkan aspirasi warga dengan sistem politik melalui interaksi yang sehat, terbuka, dan penuh rasa hormat.

“Kalau kita mulai hari dengan silaturahmi dan senyum, insya Allah kebijakan pun akan lahir dari niat yang bersih,” tuturnya dengan nada tenang, mencerminkan parasympathetic tone yang menenangkan dan membangun rasa aman sosial.

Iman Adinugraha bukan hanya legislator, tetapi neuroconnector—penghubung antara sistem politik dan sistem sosial yang hidup di lapisan bawah masyarakat. Ia memahami bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi soal neurotrust—kepercayaan yang dibangun dari interaksi yang konsisten, sehat, dan penuh empati.

Di Palabuhanratu, ia bukan sekadar pejabat publik. Ia adalah figur yang mengaktifkan simpul-simpul sosial, menyelaraskan denyut politik dengan denyut kemanusiaan. Dan dalam setiap langkah paginya, ia membuktikan bahwa politik yang sehat dimulai dari tubuh yang bergerak, hati yang terbuka, dan otak yang mendengar.

“Kita tidak bisa membangun kebijakan hanya dari ruang rapat. Harus ada impuls sosial yang nyata—seperti neurotransmiter kepercayaan yang dilepaskan lewat interaksi langsung. Politik yang sehat itu seperti sistem saraf: harus responsif, adaptif, dan terhubung ke seluruh tubuh masyarakat,” ujar Iman dengan tenang, menutup sesi pagi itu dengan senyum dan jabat tangan hangat.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed