Sukabumi,- Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sampurasun. Pagi itu, Jumat 22 Agustus, langit Sukabumi belum sepenuhnya terang, namun kabar dari Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran, telah lebih dulu mengetuk ruang batin seorang pemimpin. Seorang anak berusia delapan tahun, sejak lahir berkebutuhan khusus, kini terbaring lemah. Sunyi tubuhnya menjadi gema di jagat media sosial, dan dari sanalah Bupati Sukabumi, H. Asep Japar, menerima aduan langsung.
“Per jam 10 tadi sudah diperiksa dari Puskesmas dan kecamatan. Jam 11 sudah dibawa ke RSUD untuk pemeriksaan lebih lanjut, mudah-mudahan proses pengobatan lancar tanpa kendala,” ucap beliau dalam unggahan yang kini beredar luas.
ini bukan sekadar respons administratif. Ini adalah bentuk kehadiran negara dalam wujud paling manusiawi: mendengar, bergerak, dan berharap. Pemeriksaan medis telah dilakukan, rujukan ke RSUD telah dijalankan, dan koordinasi lintas sektor telah digerakkan. Semua langkah ini adalah manifestasi dari komitmen pelayanan publik yang berkeadilan dan berkejiwaan dengan Fondasi Sukabumi Mubarokah
kita membaca lebih dalam: Anak itu bukan hanya tubuh yang terbaring, ia adalah puisi yang belum sempat ditulis, doa yang belum sempat dilantunkan, dan harapan yang menunggu untuk dijemput.
Bupati Asep Japar tidak hanya menyampaikan laporan, ia membuka pintu komunikasi langsung kepada warga:
“Untuk warga Kabupaten Sukabumi, silahkan bisa DM ke akun media sosial pribadi saya yang ini,” tutupnya dengan salam.
Ini bukan sekadar ajakan digital, melainkan undangan untuk membangun jembatan antara rakyat dan pemimpin, antara keluhan dan solusi, antara luka dan penyembuhan.
Di Bantarsari, tempat sawah bersaksi atas musim dan doa, seorang anak kini menjadi pusat perhatian dan kasih. Dari lorong rumah sederhana hingga ruang RSUD, langkah-langkah kecil telah diayunkan demi satu harapan besar, agar ia tidak hanya dirawat, tapi juga didoakan, dicintai, dan dihidupkan kembali dalam semangat Mubarokah.
Kabar dari Bantarsari ini bukan sekadar potret kesedihan, melainkan cermin kepekaan sosial yang hidup. Bahwa di tengah kesibukan pemerintahan, masih ada ruang batin yang tergetar oleh derita seorang anak. Dan di Sukabumi Mubarokah, kepemimpinan bukan hanya soal kebijakan, tapi tentang keberanian untuk hadir di titik paling sunyi, di sisi mereka yang tak mampu bersuara, namun sangat layak untuk diperjuangkan.
Sukabumi Mubarokah bukan hanya slogan, melainkan ruh yang menggerakkan, Bahwa setiap anak adalah amanah, Setiap aduan adalah panggilan, ketika pemimpin mendengar tangisan yang tak terdengar, Bupati Asep Japar respon cepat kondisi anak di Bantarsari, dan setiap tindakan adalah ladang berkah.